Ada yang bilang bahwa menjadi guru ekskul itu mudah. Siapa yang berani bilang gitu !!! *Taboook !* kalo sampai ada yang bilang begitu, berarti dia hanya hidup untuk mencari uang saja, tidak memahami arti hidup sebenarnya. Inilah yang bisa saya katakana setelah apa yang saya rasakan hari ini.

Pagi tadi saya sudah harus bangun pagi di tengah liburan kuliah. Betapa terkejutnya tiba-tiba ada sms dari adek didik saya. “a’ jadi ke sekolah kan?jam berapa ke sekolah nanti?” oia, saya baru ingat akan tanggungan saya untuk berbagi ilmu pada adek didik saya. (NB: aa’ adalah panggilan untuk tentor laki2 dalam ekskul kami)Akhirnya saya pergi ke basecamp untuk koordinasi dulu dengan teman seperjuangan saya dalam berbagi pengalaman, dia Kiki. Basecamp yang sepi menandakan sudah waktunya teman-teman aktif bekerja. Saya dan kiki memiliki jadwal yang hampir bentrok, karena waktu kami mengajar sama namun tempatnya berbeda. Dan saya memang sementara nebeng kendaraan dulu ke kiki, pasalnya saya belum dipegangi kendaraan sendiri.

Rencana awal kami, kami akan mengajar dulu di SMAN 6 (untuk kelas XI)dilanjutkan ke SMAN 5 dan nanti kembali lagi ke SMAN 6 untuk kelas sore (Kelas X). Dalam perjalanan menuju ke sekolah pertama, yang kurang lebih menempuh jarak lebih kurang 12 km, kami terhambat oleh keadaan kota Malang yang mendadak macet. Entah ada kejadian apa yang membuat Malang yang biasanya sepi, jadinya macet banget. Apa Si Komo udah lewat yaaa? Hmm,, setelah Tanya sana sini, kami mendapat info bahwa ada bus nyasar di kawasan jalan sempit. Kami pun akhirnya memutuskan untuk ke SMAN 5 dulu, yang letaknya kira2 sekitar 7-8 km. Baru duduk belum 5 menit di depan ruang wakasis yang rapih, kita di sms sama boz besar, diberitahu kalo ternyata anak kelas X pulang lebih cepat. Dan kami pun diharuskan kembali untuk mengajar di SMAN 6. Saya bingung harus bagaimana, untung boz besar menyanggupi untuk menggantikan saya mengajar di SMAN 5. Ok,kita kembali ke SMAN 6.

Disana, saya dan kiki terlambat, bisa dibilang lama. Dengan keadaan capek yang luar biasa, kita menyapa anak2 kelas X yang ada di depan gerbang SMA,,saya pun menanyakan,” dimana temen2 yang lain? Kok ga kelihatan?” Dengan santainya mereka menjawab,” Cuma kita berlima a’ yang stand by daritadi, yang lain Udah pada balik a’, aa’ sama teteh sih lama. ” *BlaRR !!* hati saya hancur. Badan saya remuk. Wew ! yasudahlah, saya sudah capek bolak balik pindah tempat ngajar. Pada saat yang sama hujan turun dengan indahnya. MANTAP SUMPAH !! huft,, kami memutuskan untuk istirahat sebentar. Sambil menanti redanya hujan, kami ngobrol share sama adek2, yang ternyata memiliki permasalahan yang cukup rumit di dalam birokrasi sekolah. Dan gosip2 tentang ekskul kami. Hujan tak kunjung reda, cerita tak kunjung kelar. Emosi saya sudah si ubun2. Saya putuskan untuk pulang. Karena kami benar2 capek. Nekat hujan2 bukan masalah bagi kami berdua. Sebenarnya kasihan si kiki, dia masih sakit tapi merelakan tubuhnya dihempas hujan. Ga tega sih sebenarnya. Tapi bagaimana lagi, daripada menetap di sekolah, menunggu hujan yang awet lama, mending dirumah tidur dengan nyaman.

Begitulah kami sehari-hari diluar kegiatan kuliah. Capek? ?pasti. tak terelakkan lagi. Fisik dan mental kami digenjot seperti ini. Mental?? Iyalah,,kami kan sudah capek dengan kegiatan lain yang menyita pikiran, ditambah curhatan masalah dari adek didik, dan keadaan kota yang super ga mendukung. Tapi, secapek apapun kami, kami selalu bersemangat saat bertemu adek kami. Entah aura apa yang diberikan oleh adek2 kami. Kami merasa awet muda tanpa harus menggunakan berbagai macam produk komestik. Kami senang senang bisa menjadi salah satu bagian dari kehidupan adek kami. Meskipun ga besar, minimal itulah modal hidup kami nanti, menjadi pengganti kami, itulah kewajiban mereka. Kami bangga walau capeknya ga kalah dahsyat dari rasa bangga kami.

date Sabtu, 06 Februari 2010

0 komentar to “Capeknya Guru Extrakurikuler”

Leave a Reply:

Powered By Blogger